MAKALAH PERILAKU ORGANISASI
“KEPRIBADIAN DAN EMOSI”
DISUSUN OLEH:
I NYOMAN ARIYASA ( 10.0123.04.0.506 )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
LP2M PANCASARI
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena berkat rahmat dan KrunianNYA lah penyusun dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “ Kepribadian Dan Emosi” ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk tujuan akademis dan menunjang
perkuliahan serta disusun secara sistematis agar mempermudah mahasiswa
dalam memahami materi yang disajikan didalamnya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu
pengetahuan serta mampu menjadi acuan dalam mata kuliah bersangkutan.
Pancasari, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………. …….. 5
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 6
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………… 9
3.1 Definisi Kepribadian………………………………………. 9
3.2 Faktor Penentu Kepribadian……………………………… 10
3.3 Ciri – ciri Kepribadian……………………………………. 11
3.4 Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Prilaku Organisasi 13
3.5 Kepribadian dan Budaya Nasional……………………… 15
3.6 Mencapai Kecocokan Kepribadian……………………… 15
3.7 Definisi Emosi……………………………………………. ……. 16
3.8 Dimensi Emosi……………………………………………. ……. 17
3.9 Jenis Kelamin dan Emosi……………………………….. 18
4.0 Batasan Eksternal Terhadap Emosi……………………. 18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. ……. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi,
serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi
dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi
berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan.
Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan
perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi
(dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri)
kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang
berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat
memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasidan
keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan
Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku
organisasi.
Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah
organisasi. Maka dari itu sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan
mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari segi pengertian, ciri –
ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan Emosi ini
diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah
organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah
organisasi sangat ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari Kepribadian dan emosi, ciri – ciri,
dimensi emosi, serta pengaruhnya terhadap prilaku dalam organisasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Kepribadian dan emosi
secara psikologis maupun definisi sehari harinya, ciri – ciri, atribut
kepribadian utama yang mempengaruhi prilaku oraganisasi, serta
mengetahui kepribadian dan budaya nasional.
1.3.2 Untuk mengetahui dimensi dimensi emosi dan batas ekternal emosi terhadap prilaku organisasi.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaatnya untuk Mahasiswa adalah sebagai panduan atau tunjangan dalam mata kuliah Prilaku organisasi.
1.4.2 Manfaatnya Untuk Fakultas adalah sebagai tambahan karya tulis untuk memperkaya materi mengenai Prilaku Organisasi.
1.4.3 Manfaatnya untuk Masyarakata dan dunia kerja, jika
seseorang telah mengerti apa itu kepribadian dan emosi dan tau cara
mengendalikannya dalam dunia organisasi maka akan sangat berguna untuk
kemajuan sebuah perusahaan dan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku Organisasi
Menurut Thoha (2007:5) perilaku organisasi merupakan suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi
atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Duncan dalam Thoha (2007:5) hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam suatu perilaku organisasi adalah sebagai berikut:
a) Studi perilaku organisasi termasuk didalamnya bagian-bagian
yang relevan dari semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan
b) Tindakan-tindakan manusia didalam organisasi.
c) Perilaku organisasi sebagaiman suatu disiplin ilmu mengenai
bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur adan siapa
yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya.
d) Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu, namun
perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk
menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan yang bisa dijalankan.
2.2 Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan
dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland,
2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan
atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta
pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi
sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak
perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri
seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.
2.3 Pengertian Emosi
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan
emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan
untuk bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah “an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah “an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak
dapat diterima secara social atau membebaskan diri dari energi fisik
dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa
banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan
sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha
menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan
bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut Kematangan emosi
(Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi
yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat
sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak.
Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala
sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan,
serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi
emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif
kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah
suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan
emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan
pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan
karakteristik orang yang berkepribadian matang. Orang yang demikian
mampu mengekspresikan rasa cinta dan takutnya secara cepat dan spontan.
Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki kebiasaan menghambat
perasaan- perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi yang matang
dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya
kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam
Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan
untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan
berani, diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan
keyakinan individu lain.
Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan
kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya,
dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya,
tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan
emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan
cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan
individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada
dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons
terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai
perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
3.1.1 Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang
menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan
atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut
“berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
3.1.2 Kepribadian menurut psikologi
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut
kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai
aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara
eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.
Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.
Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50
definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi
yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai
“suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
3.2 Faktor Penentu Kepribadian
3.2.1 Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian
yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen
bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap
pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat
seperti perasaan malu, rasa takut,
dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan
ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan
dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi
badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar
identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.
Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku,
ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga
memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
3.2.2 Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial,
dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain. Misalnya, orang orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melaluibuku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
3.3 Ciri – ciri Kepribadian
Semakin konsisten karakteristik individu dan semakin sering terjadi
dalam berbagai situasi, maka semakin penting ciri-ciri itu untuk
menggambarkan individu.
- a. Pencarian awal atas ciri-ciri primer : Ada 16 ciri-ciri yang dianggap sebagai sumber perilaku yang konstan dan mantap yaitu : pendiam – ramah, kurang cerdas – lebih cerdas, dipengaruhi oleh perasaan – stabil secara emosional, penurut – dominan, serius – tak kenal susah, bijaksana – berhati-hati, malu-malu – suka bertualang, keras – sensitif, percaya – curiga, praktis – imaginatif, jujur – lihai, yakin – ragu-ragu, konservatif, suka bereksperimen, tergantung kelompok – mandiri, tak terkendali – terkendali, santai – tegang.
- b. The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) : adalah salah satu kerangka kerja kepribadian dengan 100 pertanyaan yang menanyakan kepada orang bagaimana mereka biasanya bertindak atau merasa dalam situasi tertentu. Individu pada akhirnya akan diklasifikasikan sebagai ekstrovet (E) dan intovert (I), sensing (S) atau intuitif (N), berpikir (T) atau merasa (F), dan memahami (P) atau menilai (J). Hasilnya nanti akan dirangkai seperti misalnya INTJ dalah kaum visioner, ESTJ adalah pengorganisasi, ENTP adalah pengagas, dllnya.
- c. Model lima besar : adalah 5 dimensi dasar hasil riset terbaru yang melandasi semua ciri dan meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia, yaitu :
a. Ekstraversi : mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan.
Orang yang ekstravert akan cenderung suka berkelompok, tegas, dan mampu
bersosialisasi. Kaum introvert cenderung pendiam, malu-malu, dan
tenang.
b. Kemampuan untuk bersepakat : merujuk pada kecennderungan untuk
tunduk pada orang lain. Orang yang skornya tinggi akan kooperatif,
hangat, dan percaya. Sedangkan yang rendah akan dingin, tidak mampu
bersepakat, dan antagonistik.
c. Sifat mendengarkan suara hati : merupakan ukuran dari keandalan.
Orang yang peka terhadap suara hati akan bertanggung jawab,
terorganisir, dapat dipercaya, dan gigih. Sedangkan yang sebaliknya akan
mudah bingung, tidak terorganisir, dan tidak handal.
d. Stabilitas emosional : merujuk pada kemampuan untuk bertahan
terhadap stress. Orang yang skornya tinggi akan cenderung tenang,
percaya diri, dan aman. Yang sebalinya akan cenderung gelisah, cemas,
gugup, tertekan, dan tidak aman.
e. Keterbukaan terhadap pengalaman : merujuk pada kisaran minat
individual dan kekaguman terhadap hal baru. Orang yang terbuka akan
kreatif, ingin tahu, dan sensitif secara artistik. Sedangkan yang
sebaliknya akan konvensional dan menemukan kenyamanan dalam keakraban.
Penelitian atas kredibilitas Lima Besar ini menghasilkan sejumlah
besar bukti bahwa individu yang dapat dipercaya, andal, hati-hati,
teliti, mampu membuat rencana, terorganisasi, kerja keras, gigih, dan
berorientasi pada prestasi cenderung memilki jabatan yang lebih tinggi
dalam sebagian besar atau semua kedudukan.
3.4 Kepribadian Utama Yang Mempengaruhi Prilaku Organisasi
3.4.1 Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau
tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka
cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak
berdaya atas [lingkungan]] mereka. Evaluasi inti diri seorang individu
ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan
lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri
sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga
atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
3.4.2 Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis,
mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting
daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal
dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang
menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
3.4.3 Narsisisme
Narsisisme adalah
kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri
sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis
berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai
pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin
mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan
mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan
berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis
juga cenderung egoisdan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
3.4.4 Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik
dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal.
Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang
tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai
menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki
tingkat pemantauan diri yang rendah.
3.4.5 Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam
perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang
lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal
lain. Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai
dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang
material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah:
- selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati waktu luang;
- terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
3.4.6 Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis,
berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai
perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif
daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
3.5 Kepribadian Dan Budaya Nasional
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Namun
budaya suatu negara mempengaruhi karakteristik yang dominan dari
penduduknya, Ini dapat dilihat dengan memperhatikan lokus kendali dan
kepribadian tipe A. Misalnya saja, dalam budaya seperti Amerika Utara,
orang percaya bahwa mereka dapat mendominasi lingkungan mereka,
sebaliknya dengan orang-orang di Timur Tengah. Hal ini menyebabkan
proporsi orang-orang internal dalam angkatan kerja Amerika lebih besar
daripada angkatan kerja Arab saudi dan Iran.
Sedangkan kepribadian tipe A akan paling banyak di negara-negara
kapitalis, misalnya Amerika dan Kanada, dimana prestasi dan keberhasilan
material sangat dihargai. Sementara dinegara seperti Swedia dan Prancis
tidak.
3.6 Mencapai Kecocokan Kepribadian
Kecocokan orang dengan pekerjaan adalah mencocokkan enam
tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kecocokkan antara tipe
kepribadian dan lingkungan kedudukan menentukan kepuasan dan keluar
masuknya karyawan. Teori ini dikemukakan oleh John Holland, tipe-tipenya
antara lain :
a. Realistis : menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan,
kekuatan, dan koordinasi. Karakternya adalah pemalu, tahan, stabil,
mudah menyesuaikan diri, dan praktis.
b. Investigatif : menyukai kegiatan yang mencakup pemikiran,
pengorganisasian, dan pemahaman. Karakternya adalah analitis, asli,
ingin tahu, dan independen.
c. Sosial : menyukai kegiatan yang mencakup membantu dan
mengembangkan yang lain. Karakternya adalah mampu bergaul, bersahabat,
kooperatif, dan memahami.
d. Konvensional : menyukai kegiatan yang diatur dengan peraturan,
jelas, dan tidak bersifat mendua. Karakternya adalah mudahmenyesuaikan
diri, efisien, praktis, tidak imaginatif, tidak luwes.
e. Enterprising : menyukai kegiatan verbal dimana ada peluang untuk
mempengaruhi yang lai dan mendapatkan kekuasaan. Karakternya adalah
percaya diri, ambisi, energetik, dan mendominasi.
f. Artistik : menyukai kegiatan yang bersifat mendua dan tidak
sistematik, yang memungkinkan ekspresi yang kreatif. Karakternya adalah
imaginatif, tidak teratur, idealistis, emosional, dan tidak praktis.
Teori ini mengatakan bahwa kepuasan paling tinggi berarti keluar
masuknya karyawan paling rendah bila kepribadian dan kedudukan/jenis
pekerjaannya sesuai.
Kecocokan organisasi-orang : yaitu bahwa orang meninggalkan pekerjaan yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
3.7 Defini Emosi
Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil
meniadakan frustasi, takut, marah, benci, marah, gembira, dls.
Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas. Beberapa
emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi
kinerja karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa
serta satu komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak
ada studi yang komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi
ditempat kerja.
Berkaitan dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat satu sama lain,
yaitu pengaruh (affect), emosi, dan suasana hati (mood). Pengaruh
meliputi kisaran luas perasaan yang dialami orang, merupakan satu konsep
yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati
adalah perasaan yang cenderung menjadi kirang intens dibandingkan emosi,
dan yang kekurangan stimulus kontekstual.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat.
Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat
berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang
kontekstual.
Berkaitan dengan perilaku organisasi, satu istilah yang terkait
adalah tenaga kerja emosional, yang terjadi apabila karyawan
mengekspresikan secara organisasional emosi yang diinginkannya selama
transaksi antar pribadi. Dulunya konsep ini dikembangkan berkaitan
dengan pekerjaan-pekerjaan jasa, namun dewasa ini konsep tersebut telah
menjadi relevan dengan hampir setiap pekerjaan. Dalam tuntutannya,
karyawan perlu membedakan antara emosi yang dirasakan dengan emosi yang
ditunjukkan agar tidak terjadi dilema.
3.8 Dimensi emosi
Emosi ada beberapa jenis berdasarkan :
- Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan. Enam emosi ini dapat dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang satu kontinuum, dimana semakin dekat jarak dua emosi apapun pada kontinuum tersebut akan semakin membingungkan orang. Contohnya adalah kebahagiaan dan kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan dan kemuakan jarang sekali.
- Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi yang sesuai dengan acara yang dibawakannya.
- Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
3.9 Jenis kelamin dan emosi
Bukti menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal
emosi adalah bila menyangkut reaksi emosional dan kemampuan untuk
membaca orang lain. Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar
daripada pria, mengalami emosi secara lebih hebat, lebih nyaman
dalammengungkapkan emosi, lebih baik dalam membaca petunjuk-petunjuk
non-verbal dan paralinguistik, dan lebih sering menampilkan ekspresi
dari emosi yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan.
- Batasan-batasan eksternal terhadap emosi
Batasan-batasan eksternal ada 2, yaitu :
- Pengaruh organisasional, menyesuaikan dengan perangkat emosional yang dicari organisasi.
- Pengaruh budaya, menyesuaikan dengan norma-norma budaya di negara setempat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat.
Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat
berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang
kontekstual
4.2 Saran
Seperti yang kita ketahui kepribadian dan emosi memilki definisi dan
ciri ciri yang sudah disebutkan diatas, maka untuk dapat meningkatkan
kinerja dalam prilaku organisasi kita hendaknya tahu betul apa itu
pengertian ciri manfaat serta memahami apa itu emosi dan kepribadian
seseorang sehingga dalam proses pengorganisasian tidak terjadi kesalahan
dalam perekrutan di dunia kerja nantinya.
DAFTAR PUSTAKA